Rahasia dan Fakta Unik Pemakaman Paus Fransiskus

Mayit Paus Fransiskus dikuburkan di lokasi pilihan beliau sendiri, yaitu Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, berjarak sekitar 4 kilometer dari Basilika Santo Petrus. Akan tetapi, upacara pemakaman tersebut tidak akan ditayangkan secara umum dan hanya dapat dihadiri dalam lingkup terbatas saja.

Santa Maria Maggiore Basilica adalah tempat ibadah kesukaannya. Dia kerap melaksanakan doa di sana baik sebelum maupun setelah perjalanan internasionalnya.

Ternyata, Paus Fransiskus sempat berkunjung ke Basilika Santa Maria Maggiore usai dibolehkannya pulang dari rumah sakit. Dia menjalani perawatan sekitar dua bulan lantaran menderita pneumonia.

Dia meminta untuk dikubur secara sederhana. Orang-orang sebelumnya dimakamkan dalam tiga lapis kardus, sedangkan Paus Fransiskus hanya menginginkan penguburan dalam satu kotak saja. Dia juga berharap bahwa batu nisan hanya bertuliskan nama “Fransiskus”, dan atribut silang favoritnya akan dipletakkan di atas batu nisan tersebut.

Namun, di balik kemudahan tersebut, pemerintah Italia serius dalam melaksanakan tugas pengamanan. Mereka telah membatasi area udara di sekitar Roma.

Belum termasuk berbagai rudal penghadang udara serta kapal penjelajah yang standby saat upacara peringatan tersebut. Menurut laporan Reuters, hal ini merupakan tindakan perlindungan paling besar di Negeri Pizza semenjak acara pemakaman Paus John Paul II.

Awalnya Menolak Dikuburkan di Basilika Santa Maria Maggiore

Paus Fransiskus pernah menolak ide tersebut. Berdasarkan kutipan ini, dia tidak ingin dikuburkan di lokasi itu.
AP
, Sabtu (26/4), Uskup Rolandas Makrickas pada bulan Mei 2022, menyarankan agar Paus Fransiskus dikuburkan di Santa Maria Maggiore bila ia meninggal dunia.

Alasan utamanya adalah kaitan erat antara Paus Fransiskus dengan gereja tersebut. Keterkaitan ini tercermin melalui hubungan beliau dengan Ordo Yesuit, warisan seninya yang mendalam, juga konteks rohani dan kepemimpinannya sebagai Paus Fransiskus. Tambahan pula, tujuh pemimpim Gerejawi lainnya telah dikubur di lokasi tersebut. Namun demikian, sejak tahun 1669, tak ada satupun dari para Paus selanjutnya yang disematkan tempat peristirahatan akhir mereka di sana.

“Awalnya dia bilang tidak karena para paus dimakamkan di [Basilika] Santo Petrus,” kata Makrickas kepada wartawan.

“Saat setelah seminggu berlalu, ia meneleponku di Santa Marta lalu mengatakan, ‘siapkan pemakaman untukku,'” tuturnya.

Paus Fransiskus setelah itu mengingistkan pentingnya kesederhanaan makamnya. Dia menyatakan bahwa jemaah masih perlu terus berkunjung ke Gereja Baslik yang dipersembahkan bagi Bunda Maria.

Pemimpin-pemimpin Dunia yang Hadir

Diperkirakan sekitar 50 presiden dan 10 raja akan menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsung di Vatikan, Roma. Berbagai tokoh internasional nampak datang dengan pasangan dan timnya dalam acara penghormatan akhir bagi sang pimpinan tertinggi umat Katolik itu.

Berdasarkan pantauan


Melalui transmisi langsung dari Vatikan, salah seorang tokoh yang tampak hadir adalah Presiden AS Donald Trump yang berkunjung bersama istrinya, Melania Trump. Dengan pakaian bertemakan setelan jas biru laut, Trump menonjol di tengah kerumunan pemimpin lainnya yang memilih menggunakan setelan serba hitam.



Dari Indonesia, Presiden ke-7 Joko Widodo mewakili Presiden Prabowo Subianto. Dia ditempatkan di bagian depan dan memakai pakaian serba gelap termasuk peci. Jokowi nampak sedang bercengkrama dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron yang datang bersama istrinya, Brigitte Macron.

Selanjutnya muncullah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, diikuti oleh Pangeran William serta Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Raja Spanyol Felipe VI beserta kelompok beliau pun tampak menghadiri acara di Basilika Santo Petrus.

Di samping Jokowi, Presiden Prabowo mengirimkan mantan Menteri Perhubungan Ignatius Jonan, Menteri HAM Natalius Pigai, serta Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono.

Khotbah Pemakaman Paus Fransiskus

Kardinal Giovanni Battista Re menyebut Paus Fransiskus sebagai paus rakyat. Hal ini disampaikan Kardinal Re dalam khotbah misa pemakaman Paus Fransiskus.

“Dia berkontak langsung dengan para individu dan masyarakat dalam kesulitan. Dia terus memberi tanpa syarat. Dia adalah paus rakyat, dengan hati terbuka dan roh kudus yang terus hidup di gereja,” kata Kardinal Re dalam khotbahnya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (26/4).

Kardinal Re juga mengingat saat paus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio tersebut memilih nama Kepausan Fransiskus berdasarkan Santo Fransiskus dari Asisi.

“Saat terpilih dalam konklaf untuk menggantikan Paus Benediktus XVI, dia punya banyak pengalaman di (ordo) Yesuit, di Buenos Aires, dia mulai dari bawah dan jadi uskup,” jelasnya.

“Keputusannya mengambil nama Fransiskus membuktikan dia memilih kesederhanaan,” lanjutnya.

Kardinal Re menyebutkan bahwa Paus Fransiskus tetap menerangi dengan kasih karunia dan memperlihatkan kedermawanan yang diajarkan dalam Alkitab.

Pidato dalam misa pemakaman Paus Fransiskus mengingatkan tentang sifatnya sebagai seorang gembala yang setia. Dikatakan bahwa beliau telah menyumbangkan segalanya untuk kebaikan orang lain sampai akhir hayatnya di bumi ini.

“Kita tercerahkan dengan Injil. Suara Kristus kepada murid-Nya, Petrus, ‘Apakah kau mencintai-Ku lebih dari ini?’. Jawaban Petrus meyakinkannya. ‘Tuhan, Engkau tahu aku mencintai-Mu’. Maka Yesus memberikan misi besar: ‘Gembalakan domba-Ku’,” kata Kardinal Re dalam khotbahnya.

Kardinal Re menyebutkan bahwa ini tampak dari perilaku Paus Fransiskus yang selalu berperan sebagai seorang gembala yang baik hingga akhir hayatnya.

“Di samping penderitaan penyakitnya, Paus Fransiskus tetap memberi. Sampai hari terakhirnya, dia membuktikan sebagai gembala yang baik,” ungkapnya.

Bahasa Mandarin Dipakai dalam Doa Umat di Pemakaman Paus

Bahasa Mandarin untuk pertama kalinya dipakai dalam Doa Umat Beriman atau Doa Universal di misa pemakaman paus. Selain bahasa Mandarin, doa juga dibacakan dalam bahasa Italia, Prancis, Arab, Portugis, Polandia, dan Jerman.

Dikutip dari CNN, Sabtu (26/4), bahasa Mandarin untuk pertama kalinya disertakan dalam doa umat di pemakaman kepausan.

“Untuk kami semua yang bertemu di tempat ini dan menyambut misteri sakral ini, pada akhirnya kami akan dipanggil oleh Kristus untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya yang agung,” ujar Kardinal Agostino Liu Bo.

Selama masa kepausannya, Paus Fransiskus menyatakan keinginannya untuk mengunjungi China. Takhta Vatikan dalam beberapa tahun terakhir juga berusaha memperlancar hubungannya dengan Beijing.

Tidak bisa mengunjungi China, Paus Fransiskus memilih mengunjungi Mongolia pada 2023. Di sana, dia bertemu umat Katolik dan para uskup China.

Pada 2022, Paus Fransiskus menunjuk Giorgio Marengo sebagai kardinal pertama dari Mongolia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *